Jodoh dan Shodaqoh
Membantu ta'aruf (perkenalan) di antara teman-teman dan akhirnya menikah buat saya adalah kebahagiaan tersendiri. Di antara sekian banyak pasangan yang sudah menikah, masih ada yang suka bersilaturahmi ke Rumah Amalia. Niat yang tulus membantu anak-anak Amalia tidak pernah terputus.
Dulu sebelum saya memperkenalkan mereka berdua, saya selalu menyarankan agar mendekatkan kepada jodohnya supaya sering-sering melakukan shodaqoh. Ikhwan itu bertanya, "Kenapa Mas Agus..saya harus sering bershodaqoh?"
Kemudian saya menjelaskan, ada seorang Sahabat, "Wahai Rasulullah, berilah kami resep hidup bahagia." Rasulullah menjawab, "Antashaddaqa wa anta shahiihun syakhikhun takhsya al-fakra wa ta'muli al-ghina." Artinya, Bersodaqohlah di kala kamu masih sehat, sementara hidup mu masih serba kekurangan dan kamu sendiri ingin menjadi kaya. (HR. Bukhori & Muslim).
Mengapa Rasulullah mendorong kita bershodaqoh ketika masih sehat? Sebab kenyatannya orang yang sehat itu sering tidak sadar, lupa bahwa sehat itu karunia Allah SWT. Lupa diri inilah pangkal dari tindakan ceroboh, sembrono, tidak hati-hati dan tentu juga kurang produktif. Biasanya, kesadaran akan berbuat baik, termasuk bershodaqoh, baru muncul ketika kita dalam kesulitan, penderitaan atau terdesak. Begitu menyadari punya banyak dosa muncul keinginan taubat, berniat untuk memperbanyak shodaqoh sebagai ungkapan syukur jika nanti sudah dapat jodoh, bila sudah sembuh atau bila nanti sudah jadi orang kaya.
Alhamdulillah, sejak Ikhwan rajin bershodaqoh, saya memperkenalkan kepada seorang akhwat, tidak sampai tiga bulan akhirnya mereka bersepakat untuk menikah beberapa bulan kemudian. Barakallahu lakum..
Jadi, segerakanlah diri bershodaqoh!
Narasumber dirahasiakan.....
Wassalam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar